Posted by : Saionjinyan
Senin, 03 November 2014
Wangi semerbak kemenyan bercampur dengan wangi ragi roti mengharumkan Jalan Nakamise, Tokyo, Jepang,
akhir September lalu. Sebuah kawasan yang dipenuhi pedagang makanan dan
cendera mata, yang menjadi pintu masuk utama menuju Kuil Asakusa atau
akrab dikenal sebagai Asakusa Kannon Temple. Jalan sepanjang 250 meter
itu khusus didedikasikan bagi pejalan kaki untuk berbelanja dan berdoa.
Kuil Asakusa menjadi kawasan wisata yang
banyak menarik kunjungan wisatawan dari sejumlah negara sepanjang
musim. Beragam tradisi di kuil yang dipercaya membawa berkah kebaikan
itu menjadi magnet utama yang menarik masyarakat untuk datang. Hal itu
juga didukung oleh keberadaan pedagang cendera mata yang menjual barang
dagangannya lebih murah daripada di kawasan lain.
Wisatawan yang datang ke Kuil Asakusa akan melewati beberapa
bangunan. Ujung dari Jalan Nakamise ini adalah sebuah gerbang yang
menjadi pintu masuk ke Kuil Sensoji, yaitu Hozomon Gate. Sebelum menuju
kuil utama, pengunjung akan menemukan pancuran air suci dan tempat
pembakaran dupa.
Ritual yang biasa dilakukan pengunjung
sebelum berdoa di dalam kuil itu adalah bersuci di pancuran. Kemudian
mereka membeli dupa dan membakarnya di tungku yang berada di depan
tangga menuju bangunan utama. Tungku itu selalu dikerumuni orang dan
dipenuhi arang yang menyala setiap saat.
Di tungku tersebut, warga berebut mengasapi diri dengan cara
mengipas-ngipaskan asap ke badan atau meraup asap dengan tangan dan
mengusapkannya ke muka sambil berdoa di depan Kuil Asakusa. Mereka
percaya asap yang keluar dari tungku yang berada di halaman Kuil Asakusa
itu bisa mengusir berbagai macam penyakit.Sementara itu, di dalam bangunan utama, pengunjung akan menemukan tempat melempar batangan kayu untuk mengetahui peruntungan. Pengunjung akan mengocok wadah yang berisi batangan kayu untuk mendapatkan salah satu batangan kayu yang terlempar. Pengunjung lalu menuju sebuah lemari untuk mencari potongan kertas yang sesuai dengan angka pada batangan kayu yang terlempar itu. Di kertas itulah konon ramalan nasib orang tersebut tertulis.
Kuil Asakusa menjadi potret keabadian
tradisi masyarakat Jepang. Jepang selalu dianggap sebagai model negara
yang sukses menjalankan modernisasi sembari nguri-uri tradisi.
Masyarakat Jepang menjadikan tradisi sebagai landasan kokoh bagi
pengembangan modernisasi.
Source : travel.kompas.com